Menu Tutup
Panduan Lengkap Fumigasi Perpustakaan

Fumigasi perpustakaan adalah proses pengasapan atau penyemprotan menggunakan bahan kimia khusus (fumigan) yang ditujukan untuk membasmi hama seperti serangga, rayap, dan mikroorganisme lainnya yang dapat merusak koleksi buku dan dokumen penting. Tujuan utamanya adalah menjaga kualitas dan keutuhan koleksi, mencegah penyebaran hama, serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di ruang perpustakaan. Fumigasi ini sangat penting, terutama untuk perpustakaan yang memiliki banyak koleksi lama atau langka yang rentan terhadap kerusakan biologis.

Dalam praktiknya, fumigasi bukan hanya sekadar menyemprotkan obat hama. Ada prosedur ketat yang harus diikuti agar bahan kimia tidak merusak dokumen, tidak membahayakan manusia, dan hasilnya efektif. Oleh karena itu, diperlukan tenaga profesional dan peralatan khusus agar proses ini berjalan lancar dan aman. Selain itu, fumigasi juga menjadi bagian penting dalam program manajemen koleksi perpustakaan yang berorientasi pada konservasi dan preservasi jangka panjang.

Bayangkan jika sebuah perpustakaan nasional tidak melakukan fumigasi secara rutin, maka risiko penyebaran rayap atau jamur dapat menyebabkan kerugian jutaan rupiah akibat kerusakan dokumen penting. Maka dari itu, memahami pentingnya dan cara kerja fumigasi adalah langkah awal untuk perlindungan aset intelektual bangsa.

Mengapa Fumigasi Penting untuk Perpustakaan?

Ancaman dari Hama Buku dan Kertas

Koleksi buku dan dokumen perpustakaan, terutama yang berbahan kertas tua atau kulit, sangat rentan terhadap serangan berbagai jenis hama. Di antara yang paling umum adalah rayap, kumbang buku, jamur, dan mikroorganisme lain yang hidup dari selulosa dalam kertas. Bahkan, ada beberapa jenis serangga yang mampu membuat lubang kecil pada buku sehingga menyebabkan rusaknya teks atau gambar.

Rayap, misalnya, bisa bekerja dalam diam dan dalam waktu singkat merusak ratusan buku. Mereka menggigit dan memakan bagian dalam kertas hingga isi buku hancur. Belum lagi jamur yang muncul akibat kelembaban, bisa menimbulkan bau tak sedap dan memudarkan tinta. Jika hama ini tidak ditanggulangi secara menyeluruh, maka bisa menimbulkan kerugian besar, bukan hanya secara ekonomi tapi juga nilai historis dan budaya dari koleksi yang dimiliki.

Dampak Kerusakan Jika Tidak Dilakukan Fumigasi

Bayangkan sebuah perpustakaan universitas yang menyimpan tesis dan disertasi dari tahun 1980-an. Jika tidak dilakukan fumigasi, serangga dapat merusak halaman demi halaman dokumen penting itu. Selain kerugian pada koleksi fisik, reputasi institusi juga bisa tercoreng. Pengguna akan merasa tidak nyaman jika menemui buku berjamur atau rusak saat melakukan penelitian.

Kerusakan akibat hama juga memaksa perpustakaan melakukan restorasi, yang tentu membutuhkan biaya tidak sedikit. Bahkan dalam beberapa kasus ekstrem, buku yang terkena serangan jamur berat harus dimusnahkan demi menjaga kesehatan lingkungan baca. Maka dari itu, tindakan preventif seperti fumigasi bukan lagi pilihan, tapi keharusan.

Jenis-Jenis Hama yang Sering Menyerang Perpustakaan

Rayap

Rayap adalah musuh utama koleksi berbahan kertas dan kayu. Mereka biasanya menyerang rak buku dari kayu dan menyusup ke halaman-halaman buku, memakan bagian tengah tanpa merusak sampul luar, sehingga sering kali tidak terdeteksi hingga kerusakan terjadi. Koloni rayap bisa berkembang dengan cepat dalam kondisi hangat dan lembab, yang sering kali ditemukan dalam ruang perpustakaan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik.

Rayap tanah (Subterranean termites) biasanya membangun sarang di bawah bangunan dan menyusup ke dalam ruang perpustakaan. Ada juga rayap kayu kering (Drywood termites) yang membuat sarangnya langsung di dalam perabot atau rak. Pengendalian rayap memerlukan pendekatan khusus, karena mereka sulit dideteksi dan memiliki sistem komunikasi yang canggih antar anggota koloni.

Kumbang Buku dan Serangga Lainnya

Selain rayap, kumbang buku atau booklice juga sangat umum ditemukan di perpustakaan. Serangga kecil ini memakan perekat dan jamur yang tumbuh pada buku-buku lama. Mereka tidak hanya merusak buku, tapi juga bisa menyebabkan alergi pada pengunjung dan staf perpustakaan. Lalu ada silverfish, serangga kecil berwarna perak yang menyukai kertas lembab dan gelap.

Lalat, kecoa, bahkan tikus juga bisa menjadi ancaman meskipun tidak seumum serangga mikro. Tikus bisa menggigit rak dan membawa bakteri, sementara kecoa meninggalkan kotoran yang bisa merusak sampul buku dan menciptakan bau tak sedap. Fumigasi adalah solusi yang ampuh untuk menanggulangi semua jenis hama ini dalam satu proses terpadu.

Jenis Fumigan yang Digunakan dalam Fumigasi Perpustakaan

Jenis Fumigan yang Digunakan dalam Fumigasi Perpustakaan
Jenis Fumigan yang Digunakan dalam Fumigasi Perpustakaan

Fumigan Berbasis Gas

Fumigan berbasis gas adalah yang paling umum digunakan karena kemampuannya menjangkau seluruh ruangan tanpa merusak struktur fisik buku. Contoh populer adalah sulfuryl fluoride dan methyl bromide. Gas ini dilepaskan dalam ruangan tertutup dan dibiarkan beberapa waktu agar membunuh semua jenis serangga, larva, dan telur.

Namun penggunaan fumigan gas membutuhkan ventilasi khusus pasca tindakan agar sisa gas tidak membahayakan manusia. Selain itu, diperlukan alat pelindung diri (APD) dan operator bersertifikat yang bisa menjamin keselamatan proses.

Fumigan Ramah Lingkungan

Seiring berkembangnya kesadaran akan lingkungan dan kesehatan, banyak penyedia jasa fumigasi kini beralih ke fumigan berbasis alami atau organik. Contohnya seperti penggunaan minyak atsiri, CO2 superkritis, atau ozon. Meskipun efektivitasnya sedikit lebih rendah dibanding gas kimia sintetis, fumigan ramah lingkungan sangat direkomendasikan untuk koleksi buku langka atau perpustakaan dengan ventilasi terbatas.

Beberapa perpustakaan juga menggabungkan metode fumigasi dengan kontrol iklim seperti pengeringan udara, penggunaan silica gel, dan pemanas ruangan untuk mengurangi kelembaban dan mencegah pertumbuhan jamur.

Prosedur Fumigasi Perpustakaan Secara Umum

Tahapan Pra-Fumigasi

Tahapan pra-fumigasi adalah tahap persiapan yang sangat penting sebelum proses utama dilakukan. Di sinilah perpustakaan dan tim fumigasi harus bekerja sama untuk memastikan semua barang yang tidak tahan terhadap fumigan dipindahkan terlebih dahulu. Misalnya, tanaman hias, makanan, perangkat elektronik tertentu, serta koleksi digital yang sensitif perlu diamankan di luar ruangan.

Langkah awal ini juga mencakup pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi perpustakaan: di mana letak infestasi hama paling parah, rak mana yang paling tua, dan apakah ada kelembapan tinggi yang bisa memperparah serangan hama. Setelah itu, semua ventilasi dan celah udara disegel rapat menggunakan terpal atau lakban khusus agar tidak terjadi kebocoran fumigan. Tim juga akan menandai semua area rawan dengan catatan visual agar fumigan bisa bekerja maksimal di area tersebut.

Setelah ruangan benar-benar kosong dan tertutup, barulah dilakukan perhitungan dosis fumigan yang sesuai dengan volume ruang. Kesalahan pada tahap ini bisa membuat fumigasi menjadi tidak efektif atau malah berbahaya. Jadi, pengukuran suhu, kelembapan, serta pengaturan alat pendeteksi gas wajib dilakukan secara ketat.

Tahapan Fumigasi dan Pasca Fumigasi

Pada tahap utama ini, fumigan mulai dilepaskan ke dalam ruangan tertutup. Proses ini biasanya memakan waktu 6–24 jam tergantung pada jenis fumigan, ukuran ruang, serta tingkat infestasi. Selama masa ini, tidak ada satu pun orang yang diperbolehkan memasuki area perpustakaan. Beberapa penyedia jasa bahkan memasang sensor dan kamera untuk memantau kondisi ruangan dari luar.

Setelah waktu yang ditentukan berlalu, tim fumigasi akan membuka ruang secara bertahap dan melakukan proses aerasi, yaitu ventilasi terbuka yang memungkinkan gas keluar secara alami atau dibantu dengan alat ekstraksi udara. Ini bertujuan agar tidak ada sisa gas yang membahayakan.

Pasca fumigasi, tim biasanya melakukan evaluasi dengan memeriksa tingkat keberhasilan berdasarkan sampel serangga yang ditinggalkan sebagai indikator. Jika semuanya berjalan baik, barulah koleksi buku dan peralatan dikembalikan ke tempat semula. Tim juga memberikan laporan lengkap serta rekomendasi untuk tindakan lanjutan seperti monitoring atau kontrol suhu.

Teknologi Baru dalam Fumigasi Perpustakaan

Industri fumigasi kini tidak lagi bergantung pada metode konvensional semata. Berbagai inovasi teknologi telah masuk ke dunia pengendalian hama perpustakaan, membuat proses lebih cepat, aman, dan ramah lingkungan. Salah satu yang paling menonjol adalah penggunaan sistem deteksi berbasis digital untuk memantau keberadaan hama dan konsentrasi gas.

Sensor berbasis IoT (Internet of Things) kini bisa digunakan untuk mendeteksi suhu, kelembapan, bahkan pergerakan serangga di dalam rak buku. Data ini kemudian dikirim ke dashboard pemantauan yang bisa diakses dari komputer atau smartphone. Teknologi ini sangat membantu dalam menentukan titik-titik yang perlu difokuskan saat fumigasi.

Selain itu, penggunaan drone mini untuk memantau area rak tinggi atau sulit dijangkau juga semakin populer. Teknologi ini memungkinkan inspeksi lebih detail tanpa perlu membongkar seluruh rak. Bahkan ada perpustakaan besar yang sudah menggunakan AI untuk menganalisis pola kerusakan akibat hama dan menyarankan strategi fumigasi paling efektif.

Lebih menarik lagi, sekarang tersedia sistem micro-fumigation, di mana fumigan hanya dilepaskan di area yang benar-benar terdampak. Ini sangat cocok untuk perpustakaan dengan sistem zona atau area baca yang tidak ingin terganggu secara keseluruhan. Efisiensi meningkat, biaya menurun, dan risiko kerusakan buku bisa ditekan serendah mungkin.

Fumigasi Tanpa Merusak Koleksi Buku

Salah satu kekhawatiran terbesar dari pihak pengelola perpustakaan adalah risiko kerusakan buku akibat fumigasi. Kekhawatiran ini masuk akal, terutama jika koleksi tersebut berisi dokumen langka, manuskrip kuno, atau kertas-kertas tua yang sangat sensitif terhadap bahan kimia dan kelembapan.

Namun berkat kemajuan teknologi dan metode, kini tersedia fumigan yang tidak meninggalkan residu, tidak berbau, serta tidak menyebabkan perubahan warna atau struktur kertas. Proses fumigasi pun dilakukan dalam suhu dan kelembapan terkontrol agar tidak menyebabkan penggembungan, pelapukan, atau pengelupasan tinta.

Untuk memastikan perlindungan maksimal, banyak perpustakaan membungkus buku-buku sensitif dengan plastik khusus tahan gas sebelum proses dilakukan. Beberapa juga menggunakan teknik isolasi koleksi, yaitu memindahkan buku ke ruang kedap udara kecil untuk difumigasi secara terpisah. Dengan cara ini, risiko penyebaran zat kimia berlebih dapat dihindari.

Selain itu, operator fumigasi profesional biasanya telah dilatih khusus untuk menangani barang-barang antik dan dokumentasi bernilai tinggi. Mereka paham bagaimana cara menyusun buku, mengangkat dengan hati-hati, dan mendeteksi area yang perlu diprioritaskan tanpa mengganggu keseimbangan struktur perpustakaan.

Sistem Ventilasi Selama dan Setelah Fumigasi

Ventilasi yang baik selama dan setelah fumigasi adalah kunci keberhasilan proses ini, baik dari sisi efektivitas maupun keamanan. Sistem ventilasi memastikan bahwa gas beracun tidak tertahan terlalu lama di dalam ruang perpustakaan, yang bisa merusak koleksi atau berbahaya bagi manusia.

Selama fumigasi, area perpustakaan biasanya disegel rapat, namun tetap dilengkapi sistem pengaliran udara bertekanan negatif. Ini bertujuan untuk mengontrol arah penyebaran gas dan memastikan bahwa fumigan tidak keluar ke area publik. Setelah fumigasi selesai, ventilasi dilakukan secara perlahan dan bertahap dengan membuka semua jendela dan pintu serta menggunakan alat ekstraksi udara seperti blower industri.

Dalam beberapa kasus, sistem ventilasi otomatis yang terhubung dengan detektor gas juga digunakan untuk memastikan konsentrasi gas turun hingga level aman. Beberapa perpustakaan besar bahkan menggunakan sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang telah dimodifikasi khusus untuk pengelolaan fumigasi.

Tanpa ventilasi yang memadai, proses fumigasi bisa meninggalkan bau menyengat, kelembapan tinggi, dan bahkan kerusakan struktural pada buku dan rak. Maka dari itu, ventilasi adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dari seluruh rangkaian fumigasi yang profesional.

Integrasi Fumigasi dalam Manajemen Perpustakaan

Manajemen perpustakaan modern tak hanya mengatur sirkulasi buku, pengelolaan katalog, dan layanan pengunjung. Saat ini, konservasi koleksi dan pemeliharaan lingkungan fisik menjadi bagian integral dari strategi jangka panjang. Di sinilah fumigasi harus ditempatkan sebagai salah satu pilar utama manajemen risiko.

Integrasi fumigasi dalam manajemen perpustakaan dimulai dengan menyusun SOP (Standard Operating Procedure) khusus pengendalian hama. SOP ini memuat jadwal fumigasi berkala, kriteria pemilihan fumigan, serta prosedur darurat jika terjadi serangan hama di luar jadwal. Selain itu, perpustakaan juga perlu menunjuk tim internal atau bekerja sama dengan vendor profesional untuk monitoring rutin.

Langkah integrasi lainnya adalah menyediakan anggaran khusus untuk perawatan lingkungan, termasuk biaya fumigasi, inspeksi berkala, dan pelatihan staf. Dengan begitu, semua kegiatan ini tidak dianggap sebagai pengeluaran tambahan, tetapi sebagai investasi perlindungan koleksi.

Manajemen juga bisa menggunakan software manajemen perpustakaan untuk mencatat semua tindakan fumigasi, hasil inspeksi, serta laporan kerusakan. Data ini nantinya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan pengembangan strategi konservasi jangka panjang.

Dengan memasukkan fumigasi sebagai bagian dari sistem manajemen, perpustakaan bisa menjaga keutuhan koleksi, meningkatkan kenyamanan pengguna, dan mempertahankan reputasi institusi sebagai pusat literasi dan budaya.

Cara Menjaga Perpustakaan Bebas Hama Setelah Fumigasi

Melakukan fumigasi sekali saja tidak cukup jika perpustakaan tidak melakukan tindakan pencegahan secara konsisten. Setelah fumigasi, langkah berikutnya adalah menjaga kondisi lingkungan agar tidak kembali menjadi sarang hama.

Langkah pertama adalah mengontrol kelembapan. Ruang perpustakaan harus selalu dijaga pada tingkat kelembapan ideal antara 45-55%. Gunakan dehumidifier jika perlu, terutama di musim hujan atau di ruangan bawah tanah. Selain itu, sirkulasi udara harus lancar agar jamur dan serangga tidak berkembang biak.

Kedua, hindari menyimpan makanan atau minuman di ruang perpustakaan. Makanan menjadi sumber utama yang menarik tikus, kecoa, dan serangga lainnya. Terapkan aturan ketat untuk tidak makan dan minum di ruang koleksi.

Ketiga, lakukan inspeksi rutin dengan menggunakan perangkap serangga, detektor digital, atau kamera pemantau. Jika ada tanda-tanda infestasi seperti lubang kecil di buku, debu kertas, atau serangga mati, segera laporkan untuk tindakan cepat.

Terakhir, latih staf perpustakaan untuk mengenali ciri-ciri hama dan kerusakan awal. Pengetahuan ini akan sangat membantu dalam mendeteksi dan menangani masalah sebelum menjadi besar. Ingat, pencegahan selalu lebih murah dan mudah daripada pengobatan.

Jadwal Ideal Fumigasi untuk Perpustakaan

Menentukan jadwal fumigasi yang ideal tergantung pada beberapa faktor seperti lokasi perpustakaan, jenis koleksi, tingkat kelembapan, dan frekuensi kunjungan. Namun, secara umum, perpustakaan disarankan untuk melakukan fumigasi minimal 1 kali dalam setahun.

Untuk perpustakaan besar dengan koleksi langka dan sensitif, fumigasi bisa dilakukan dua kali setahun atau setiap 6 bulan. Sedangkan untuk perpustakaan kecil atau yang baru berdiri, cukup sekali dalam setahun ditambah dengan inspeksi berkala setiap 3 bulan.

Pilih waktu yang paling sepi pengunjung untuk melakukan fumigasi, misalnya saat libur semester atau akhir pekan panjang. Ini penting agar proses bisa berjalan tanpa gangguan dan tidak membahayakan pengunjung.

Selain jadwal rutin, perpustakaan juga harus siap melakukan fumigasi darurat jika ditemukan infestasi parah. Jadi, selalu siapkan anggaran cadangan dan vendor profesional yang bisa dipanggil sewaktu-waktu.

Membuat kalender tahunan fumigasi dan menempelkannya di ruang staf atau digital board juga membantu menjaga konsistensi pelaksanaan serta membangun budaya sadar konservasi di kalangan pengelola.

Kesalahan Umum dalam Fumigasi dan Cara Menghindarinya

Beberapa perpustakaan masih sering melakukan kesalahan dalam pelaksanaan fumigasi, baik karena minimnya pengetahuan maupun karena mencoba memangkas biaya. Salah satu kesalahan paling fatal adalah menggunakan jasa fumigasi tidak profesional. Banyak penyedia jasa abal-abal yang tidak paham prosedur fumigasi untuk lingkungan arsip dan malah menyebabkan kerusakan buku.

Kesalahan lain adalah tidak menutup ruangan dengan benar, sehingga gas fumigan bocor dan tidak bekerja optimal. Ada juga yang tidak mengeluarkan peralatan elektronik atau barang sensitif lainnya, sehingga rusak akibat paparan bahan kimia.

Beberapa perpustakaan juga tidak melakukan pemeriksaan lanjutan setelah fumigasi, padahal monitoring pasca tindakan sangat penting untuk memastikan tidak ada residu berbahaya atau hama yang tersisa.

Cara menghindari semua ini adalah dengan menggunakan vendor tersertifikasi, menyusun checklist fumigasi, dan melibatkan seluruh tim perpustakaan dalam proses perencanaan. Selain itu, dokumentasi setiap tindakan sangat penting untuk evaluasi di masa depan.

Biaya dan Estimasi Anggaran Fumigasi

Biaya fumigasi perpustakaan bervariasi tergantung pada luas area, jenis koleksi, jenis hama, serta metode fumigasi yang digunakan. Untuk perpustakaan kecil dengan luas 50–100 meter persegi, biaya bisa mulai dari Rp2 juta hingga Rp5 juta sekali tindakan.

Untuk perpustakaan menengah dan besar, terutama yang memiliki ruang arsip atau rak bertingkat, biaya bisa mencapai Rp10–30 juta tergantung kompleksitas dan durasi tindakan. Jika menggunakan fumigan ramah lingkungan atau metode khusus seperti micro-fumigation, harganya bisa lebih tinggi.

Beberapa penyedia jasa juga menawarkan paket kontrak tahunan yang mencakup fumigasi berkala, inspeksi bulanan, dan pelaporan digital. Paket ini biasanya lebih ekonomis dibandingkan memesan secara satuan.

Agar anggaran lebih terencana, buatlah perhitungan tahunan dan sisihkan sekitar 3–5% dari total anggaran operasional perpustakaan untuk pengendalian hama. Ini akan melindungi nilai aset perpustakaan yang bisa bernilai ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Rekomendasi Jasa Fumigasi Profesional

Memilih jasa fumigasi yang profesional sangat penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas dalam proses pengendalian hama di perpustakaan. Banyak penyedia jasa yang menawarkan layanan fumigasi, tetapi tidak semuanya memiliki keahlian khusus dalam menangani koleksi buku dan dokumen berharga. Oleh karena itu, penting untuk memilih jasa yang memiliki pengalaman di bidang konservasi arsip dan perpustakaan.

Beberapa kriteria yang harus Anda perhatikan dalam memilih jasa fumigasi:

  • Tersertifikasi dan legal: Pastikan mereka memiliki izin resmi dari dinas kesehatan dan instansi terkait.

  • Berpengalaman dalam konservasi dokumen: Jasa dengan pengalaman di museum, arsip nasional, atau perpustakaan besar lebih disarankan.

  • Menggunakan fumigan ramah buku: Tanyakan secara spesifik bahan apa yang digunakan dan apakah aman untuk kertas dan tinta.

  • Memiliki SOP dan laporan tertulis: Proses fumigasi harus terdokumentasi dengan baik untuk keperluan audit dan evaluasi.

  • Memberikan layanan monitoring pasca fumigasi: Tidak cukup hanya fumigasi, jasa profesional biasanya memberikan pengecekan lanjutan secara gratis.

Rekomendasi jasa fumigasi profesional untuk perpustakaan maupun fumigasi arsip tentunya bisa menghubungi kami ahlifumigasi.com. kami telah berpengalaman dan telah banyak melakukan fumigasi perpustakaan maupun fumigasi arsip dengan banyak  instansi terkait.

Kesimpulan

Fumigasi perpustakaan bukan sekadar langkah teknis dalam mengusir hama. Ia adalah bagian penting dari manajemen konservasi koleksi, pelestarian sejarah, dan perlindungan aset intelektual. Dari rayap hingga jamur, dari proses pra-fumigasi hingga evaluasi pasca tindakan, semuanya membutuhkan pendekatan profesional dan sistematis.

Dengan teknologi yang terus berkembang, kini perpustakaan memiliki banyak pilihan untuk melakukan fumigasi tanpa harus mengorbankan keselamatan koleksi. Penggunaan sensor digital, fumigan ramah lingkungan, serta strategi zonasi memberikan fleksibilitas dan keamanan lebih baik.

Namun, semua teknologi dan metode terbaik akan sia-sia jika tidak diiringi dengan manajemen yang sadar akan pentingnya konservasi. Jadwal rutin, pelatihan staf, pengawasan lingkungan, dan kerja sama dengan jasa profesional harus menjadi standar dalam operasional perpustakaan mana pun.

Ingatlah, mencegah jauh lebih murah daripada memperbaiki. Satu infestasi kecil yang terabaikan bisa merusak ribuan buku dan dokumen tak ternilai harganya. Jadikan fumigasi sebagai investasi untuk masa depan pengetahuan.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah fumigasi aman untuk buku langka?
Ya, selama menggunakan fumigan yang tepat dan ditangani oleh jasa profesional, proses fumigasi bisa dilakukan tanpa merusak buku langka. Biasanya, buku akan dibungkus atau difumigasi dalam ruang khusus.

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk fumigasi?
Rata-rata proses fumigasi memakan waktu 12–24 jam, ditambah waktu ventilasi 6–8 jam. Namun, ini bisa berbeda tergantung luas area dan jenis fumigan.

3. Apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah fumigasi?
Sebelum fumigasi, keluarkan barang sensitif dan tutup semua ventilasi. Setelahnya, buka semua jendela untuk ventilasi dan lakukan pembersihan menyeluruh sebelum perpustakaan digunakan kembali.

4. Apakah fumigasi dapat dilakukan sendiri?
Tidak disarankan. Fumigasi harus dilakukan oleh profesional bersertifikat karena melibatkan bahan kimia berbahaya yang butuh penanganan khusus.

5. Seberapa sering perpustakaan perlu difumigasi?
Idealnya setahun sekali. Namun, jika koleksi sangat sensitif atau lingkungan sangat lembap, bisa dilakukan setiap enam bulan dengan inspeksi rutin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *